Pick Up in Store

Order store available for pick up

Your Location is Monas, Jakarta

MOTHER OF PEARL

Self-Love atau Pelarian? Resiko Gaya Hidup ‘Aku Layak’ di Era Gen Z

By Klaudia Restorisa
21 Oktober 2025
self love atau pelarian

Kalau ada yang bilang Gen Z hidup dengan banyak privilege, ya ada benarnya. Namun konteksnya bukan melulu soal materi, karena semua generasi lahir dari latar belakang yang beragam. Ini soal beruntungnya Gen Z terlahir di zaman yang lebih sadar akan kesehatan mental (Jika dibanding generasi seniornya).  

Pernyataan “to keep your mental health, don’t forget to treat yourself" memang sering digadang-gadang belakangan ini. Checkout barang lucu di e-commerce sebelum tidur setelah capek kerja seharian, sering jadi sumber hiburan. Meskipun sedang tidak punya kebutuhan belanja.

Fenomena ini terasa semakin nyata: Gen Z menggabungkan konsep self-love dengan impresi bahwa belanja (termasuk jalan-jalan dan nonton konser) bisa menjadi bentuk self healing. Tapi, mari kita tanya diri kita masing-masing, apakah itu benar-benar self-love atau malah jadi pelarian? 10 Minute Before Bed kali ini mengajak kamu untuk merenung sejenak soal ini.

 

Tren “Aku Layak” & Gaya Hidup Self-Reward 

Self-love bukan hal baru, tapi belakangan, intensitas keyword satu ini naik drastis. Menurut majalah Fortune, hampir 60% Gen Z menyebut “little treats” bisa menjadi “slippery slope” karena gampang berlanjut jadi overspending.
Studi lain dari Credit Karma menemukan bahwa 58% Gen Z berbelanja sebagai bentuk “menghibur diri”, bahkan saat sedang baik-baik saja.

Namun, di balik itu, ada alasan yang lebih personal. Sering kali, sikap gampang belanja berakar dari trauma atau pola asuh masa kecil. Bagi yang merasa tumbuh dengan kondisi berkekurangan, dilarang beli ini itu, atau “tunggu mama punya uang,” ketika akhirnya punya penghasilan sendiri, muncullah dorongan kompensatif: Sekarang aku sudah dewasa. Sekarang aku sudah kerja. Sekarang aku punya uang”.

Sikap konsumtif semacam ini sering disebut reparative behavior, konsumsi atau belanja yang dianggap perlu untuk menyembuhkan inner child. Tapi, jika dilakukan tanpa kesadaran emosional dan pengendalian diri, perilaku ini bisa berubah jadi pola pelarian baru.

Dengan kata lain, nggak semua self-love adalah bentuk kasih sayang pada diri sendiri — sebagian hanyalah cara halus kita untuk menenangkan luka lama lewat konsumsi. Kalau nggak hati-hati malah bisa jadi luka baru.

 

Ketika Self-Love Menjadi Over Spending

Dorongan “Aku layak bahagia”, “Aku sudah kerja keras, aku layak dapat hadiah, ini uang aku sendiri.”  tanpa disadari, bisa jadi pembenaran untuk konsumsi berlebihan.
Kita membeli barang bukan karena kebutuhan, tapi karena ingin membuktikan sesuatu pada diri sendiri, atau bahkan pada masa lalu.

Psikolog keuangan Brad Klontz, Psy.D., menyebut fenomena ini sebagai money scripts: pola bawah sadar terhadap uang yang terbentuk sejak kecil dan terus memengaruhi cara kita mengelola keuangan di masa dewasa.

“Jika dulu kamu tumbuh dalam kekurangan, kamu mungkin akan cenderung menggunakan uang untuk menghindari rasa ‘tidak cukup’. Dan itu bisa membuatmu mengulang siklus yang sama — hanya dalam bentuk berbeda.”
Dr. Brad Klontz, Financial Psychologist & Author of Mind Over Money

Efeknya terasa nyata: dopamine rush dari belanja memberi euforia sesaat, lalu berganti jadi rasa bersalah. Saat sadar koleksi mainan, sepatu, tiket konser dan liburan sudah bertambah banyak, tapi tabungan masa tua malah makin tekor.


Di sinilah garis tipis antara self-love dan self-indulgence terbentuk, cinta diri yang sehat itu menjaga, sedangkan cinta diri yang impulsif justru melukai dan cenderung berakhir mubazir.

 

Realita Ekonomi & Kesalahan Generasi Muda

Kebebasan finansial yang Gen Z perjuangkan sering kali tidak sejalan dengan realitas ekonomi saat ini. Social media membuat kita semakin sering terpapar gaya hidup orang lain, dari haul video, outfit of the day, sampai rekomendasi donat dan coffee shop terbaru yang “katanya wajib dicoba”.

Tekanan sosial ini akhirnya membentuk paradoks: Generasi yang paling sadar kesehatan mental, justru juga menjadi generasi yang paling mudah stres oleh perbandingan sosial dan tekanan finansial.

Nggak bisa dipungkiri banyak Gen Z yang cemas soal masa depan finansialnya, tapi di saat yang sama, mereka juga lebih sering menggunakan belanja (termasuk liburan dan nonton konser) sebagai bentuk “coping mechanism” terhadap stres dan kelelahan.

Seringkali belanja menjadi salah satu cara pembuktian identitas diri, bukannya berasal dari kebutuhan. Maka, banyak Gen Z yang akhirnya terjebak dalam pola yang sama: Kerja keras → kelelahan → treat yourself → merasa bersalah → lalu kerja lebih keras lagi.

Kalau dilihat lebih dekat, mungkin bukan barangnya yang kita cari, tapi rasa tenang, validasi, dan kontrol atas hidup yang sering terasa tak pasti.

 

Self-Love Berkelanjutan

Mencintai diri sendiri bukan tentang berapa banyak barang yang bisa kamu koleksi, tapi apakah kamu bisa merasa tenang menjalani hidup tanpa perlu pembuktian apa pun pada siapapun.

Self-love memang berperan penting untung menjaga kesejahteraan dirimu di masa sekarang. Tapi self-love yang sehat juga diperlukan untuk menjamin keberlangsungan hidup kamu di masa depan. Terkadang kesejahteraan finansial dan emosional berangkat dari self-love yang disertai dengan pengendalian diri atau biasa disebut mindfulness.

Tentunya hal tersebut tidak bisa dimiliki secara instan. Kamu bisa mulai dari self awareness terlebih dahulu. Kenali dirimu sendiri, bedakan mana yang jadi kebutuhan versus keinginan kamu. Tentukan sampai sebatas mana belanja atas dasar self-love bikin kamu aman, tenang, dan puas tercukupi. 

Mencoba banyak hal baru memang menyenangkan, tapi apakah kita harus mencoba semuanya agar bisa dinilai “si paling kalcer”? Masa muda memang seru kalau penuh tantangan, tapi menyiapkan masa tua supaya minim rintangan finansial juga nggak kalah menyenangkan, bukan?

Semoga tulisan MinBHI kali ini bisa memberi kamu inspirasi untuk terus bertumbuh menjadi versi dirimu yang lebih baik. Kamu juga bisa stay tune terus di Blog by Beautyhaul untuk artikel bertema slice of life lainnya, see you Beautyhaul Squad!

 

CHANGE PURCHASE TYPE OR
PICKUP LOCATION?

Oops! Merubah pick up location, akan memengaruhi order kamu

Do not show again

My Account
Sign In / Register
Back
Customer Care
Back
About Us
Back
Blog
Back
Tips & Tutorial
Back
Tipe Kulit
Back
Permasalahan Kulit
Back
CATEGORIES
Back
CONCERN
Back
BRAND
Back

OTHER STORE AVAILABLE FOR PICKUP

Your Location is Monas, Jakarta

Back
MAKEUP
Back
SKINCARE
Back
HAIRCARE
Back
BATH & BODY
Back
ACCESSORIES
Back
FRAGRANCE
Back
OTHERS
Back
FACE
Back
EYEBROWS
Back
EYES
Back
LIPS
Back
CLEANSER
Back
MOISTURIZER
Back
TREATMENT
Back
SUN CARE
Back
SHAMPOO
Back
HAIR TREATMENT
Back
HAIR STYLING
Back
HAIR TOOLS
Back
CLEANSER
Back
BODY CARE
Back
NAILS
Back
OTHERS
Back
MAKEUP BRUSH
Back
MAKEUP TOOLS
Back
ORGANIZERS
Back
MANICURE & PEDICURE
Back
FACIAL
Back
FRAGRANCE
Back
OTHER FRAGRANCE
Back
GWP
Back
OTHERS
No Items



I am empty :(

Looks like you haven’t added anything to your cart yet

Subtotal
Rp 0
Checkout Start Shopping